Minggu, 16 Oktober 2011

STRATEGI MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN


STRATEGI MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Latar belakang
Kemampuan dan keterampilan dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat.

Rumusan Masalah :
·        Teori inti pengambilan keputusan
·        Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
·        Jenis keputusan
·        Jenis pengambilan keputusan
·        Elemen dasar pengambilan keputusan

1.  Strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan
·        Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya
Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya
·        Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan
Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif.
·        Membantu klien mengevaluasi pilihan
Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya
·        Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya

Pengambilan keputusan menggunakan 3 K, yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya :

1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien
2. Susunlah daftar kehendak / pilihan keputusan
3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif.


2.   Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi :
a)      Penilaian situasi (situational approach) : untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b)     Analisis persoalan (problem analysis) : dari pola pikir sebab-akibat.
c)      Analisis keputusan (decision analysis) : didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
d)     Analisis persoalan potensial (potential problem analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin dan dapat terjadi.

Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yang terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi atau penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales atau agen tidak bergairah.
Upaya-upaya pengambilan keputusan :
·        Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya
·        Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan
·        Membantu klien mengevaluasi pilihan
·        Membantu klien menyusun rencana kerja

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Fisik
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
·        Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.
·        Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
·        Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
·        Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
·        Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

4. Jenis-Jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan (di program) dan keputusan yang tidak direncanakan (tidak terprogram).

o   Keputusan yang di program
Keputusan yang di program merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).

o   Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas, metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan (Wijono,1999).

Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Teknik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks dan tanpa kriteria yang jelas dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi  (prosedur) yang ditetapkan belum dikembangkan.

Tujuan analisis keputusan (decision analysis):
Mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yang tersedia yang berhubungan dengan kriteria dan mengidentifikasi risiko yang melekat pada keputusan tersebut.

Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian):
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.

Tahapan-tahapan keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
o   Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak,
o   Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.

o  Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko:
Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.

o  Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.

5.  Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
a.      Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
b.     Pengambilan keputusan intuitif  bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
c.      Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
d.     Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
e.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
f.       Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.

6.  Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan

A.  Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar dan ada tujuan yang bersifat keinginan yang mana masih bisa ditawar.

B.  Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penyebab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.

C.  Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.

D. Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.

E.  Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).



F.  Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisisasikan. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).












Sabtu, 08 Oktober 2011

PERENCANAAN PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN STRATEGI


KONSEP PERENCANAAN PERUSAHAAN DAN
MANAJEMEN STRATEGI

BAB I

PENDAHULUAN


Rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.


Tahap Perkembangan Konsep

Tahap 1  : Anggaran dan pengawasan keuangan. Tahap ini menggunakan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Tindakan manajerial didasarkan pada proyeksi jangka pendek dan berorientasi pada fungsi bisnis, dengan asumsi lingkungan stabil.
Tahap 2  : Perencanaan jangka panjang.
Tahap 3  : Perencanaan strategi bisnis. Perhatian manajemen beralih dari fungsi internal perusahaan (fungsi produksi) ke lingkungan eksternal perusahaan (fungsi pemasaran). Akibatnya berkembang diversifikasi usaha, ada segmentasi usaha, unit usaha otonom yang disebut satuan strategis bisnis (strategic business unit, SBU).
Tahap 4  : Perencanaan strategis perusahaan. Ini diperlukan untuk mengurangi konflik internal. Perencanaan strategis yang terpadu ini bersifat administratif.
Tahap 5  : Manajemen strategis. Perencanaan strategis diintegrasikan bukan hanya dalam sub-sistem administrasi semata, melainkan pula berbagai sub-sistem dalam proses manajemen lainnya, seperti struktur organisasi, informasi, SDM yang membentuk budaya perusahaan secara menyeluruh. Penyatuan berbagai subsistem infrastruktur manajerial dan pembentukan budaya perusahaan inilah yang disusun, dikembangkan dan diarahkan dalam manajemen strategis.




Manfaat dan Peranan Rencana Strategis

·        Menentukan batasan usaha/bisnis. Memilih fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.

·        Memberikan arah perusahaan. Menentuan batasan usaha dan arah perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.

·        Mengarahkan dan membentuk kultur / budaya perusahaan. Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.

·        Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.

·        Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.

·        Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.


Pendekatan Atau Metode Penyusunan Rencana Strategis

Pendekatan ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok berdasarkan lingkup dan titik bahasan di satu pihak dan penekanan pada proses atau hasil di lain pihak. Pada pengelompokan pertama, menurut Porter, terdapat pendekatan klasik berhadapan dengan pendekatan non-klasik. Kemudian, pada kelompok kedua terdapat pendekatan keperilakuan berhadapan dengan pendekatan administratif.

1.     Pendekatan klasik
Pendekatan klasik diperkenalkan oleh Porter untuk membedakan umum dengan pendekatannya sendiri. Dalam analisis lingkungan dimasukkan semua faktor lingkungan usaha, baik yang langsung maupun tidak langsung, sehingga bersifat global.

Pendekatan ini relatif mudah karena dua hal: informasi yang disyaratkan bersifat global dan teknik yang digunakan sederhana.

2.     Pendekatan non klasik
Pendekatan non-klasik atau pendekatan Porter ini menitikberatkan pada analisis posisi persaingan, sehingga hanya lingkungan langsung perusahaan yang relevan. Pendekatan ini mensyaratkan informasi yang cukup tentang pihak dalam lingkungan persaingan tersebut. Hasilnya spesifik tentang strategi perusahaan yang dipilih.

3.     Pendekatan administratif
Fokus pendekatan ini adalah dokumen resmi rencana strategis yang memenuhi syarat yang berisi arah dan strategi perusahaan. Pendekatan ini kurang memperhatikan faktor komitmen dan berbagai tingkat dan bidang manajemen.

4.     Pendekatan keperilakuan
Bertentangan dengan pendekatan administratif. Penekanan pendekatan ini adalah manfaat utama dari suatu rencana strategis bukan pada hasil berupa dokumen resmi, melainkan pada komitmen, kesepakatan, tingkah laku yang dihasilkan dari proses penyusunan dokumen.


Tahap dan Kerangka Penyusunan Rencana Strategis

·        Perumusan misi perusahaan,
·        Analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT),
·        Penentuan arah, sasaran dan strategi,
·        Identifikasi program dan proyeksi keuangan.










BAB II

KONSEP PERENCANAAN STRATEGIS



1.         Manajemen Strategis, Kebijakan Bisnis dan Perencanaan Strategis

Menurut Wheelen dan Hunger (1987) manajemen strategis adalah himpunan dari putusan dan tindakan manajerial yang menentukan performansi badan usaha dalam jangka panjang. Manajemen strategis  mencakup perumusan, implementasi, dan evaluasi atau pengendalian strategi. Dengan demikian, studi mengenai manajemen strategi menitikberatkan pada kegiatan untuk memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan, di samping kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dalam hal ini, perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis, karena tidak mencakup implementasi, evaluasi dan pengendalian strategi, melainkan hanya mencakup perumusan strategi.

Di pihak lain, kebijakan bisnis merupakan studi yang sifatnya integratif dan komprehensif karena lebih cenderung melihat ke dalam perusahaan, dengan menitikberatkan pada masalah efisiensi atas utilitas sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, kebijakan bisnis memfokuskan pada perumusan pedoman umum yang memungkinkan pencapaian yang lebih baik atas misi dan tujuan perusahaan. Jadi, dalam manajemen strategis tercakup juga kebijakan bisnis, tetapi dengan penekanan yang lebih besar pada aspek lingkungan dan strategi.


2.           Evolusi Dari Manajemen Strategi

Menurut Gluck, Kaufman dan Walleck (1982), ada empat fase evolusi manajemen strategis:
Tahap I     : Basic Financial Planning: mengupayakan pengendalian operasional dan manajerial yang baik dengan menggunakan anggaran sebagai instrumennya.

Tahap II    : Forecast based planning: mengupayakan sistem perencanaan yang lebih efektif untuk mencapai pertumbuhan perusahaan, dengan memperkirakan keadaan masa depan untuk waktu yang lebih lama.

Tahap III   : Externally oriented planning: mengupayakan peningkatan kepekaan terhadap pasar dan persaingan dengan cara mencoba untuk berpikir strategis.

Tahap IV  : Strategic management: mengupayakan untuk mengatur semua sumberdaya yang ada untuk mengembangkan daya saing dan membantuk menciptakan masa depan.

Hax dan Majluf (1984), evolusi manajemen strategis terdiri dari lima tingkatan:

1.     Bugeting and financial control dengan anggaran sebagai instrumen
2.     Long range planning
3.     Businees strategic planning
4.     Corporate strategic planning: perencanaan jangka panjang terpadu
5.     Strategic management.


3.           Model Proses Manajemen Strategis


Hax dan Majluf (1984) membedakan dua macam proses manajemen strategis, yaitu tingkat unit usaha (business) dan badan usaha (corporate).

a.      Perencanaan Strategi Bisnis (Business Strategic Planning):
·        Misi unit usaha
·        Perumusan strategi usaha dan program menyeluruh
·        Perumusan dan evaluasi program khusus
·        Alokasi sumber daya dan pengukuran kinerja untuk pengendalian manajemen
·        Penganggaran tingkat unit usaha
·        Pengesahan penganggaran dari dana strategis dan operasional

b.     Perencanaan Strategi Perusahaan (Corporate Strategic Planning):
·        Visi badan usaha
·        Postur strategis dan pedoman perencanaan
·        Misi unit usaha
·        Perumusan strategi dan program kerja menyeluruh
·        Perumusan strategi fungsional
·        Konsolidasi atas strategi unit usaha dan strategi fungsional
·        Penentuan dan evaluasi program kerja khusus unit usaha
·        Penentuan dan evaluasi program kerja khusus fungsional
·        Alokasi sumberdaya dan penentuan pengukuran kinerja
·        Penganggaran tingkat unit usaha
·        Penganggaran tingkat fungsional
·        Konsolisasi penganggaran dan pengesahan dana strategis dan operasional

Model perencanaan strategis menurut Pearce II dan Robinson (1988) tidak membedakan antara perencanaan strategis untuk unit usaha dan badan usaha.
·        Misi perusahaan (Company mission)
·        Profil perusahaan (Company profile)
·        Luar lingkungan (External environment)
·        Strategi analisis dan pilihan (Strategic analysis and choice)
·        Tujuan jangka panjang (Long term objective)
·        Strategi tinggi (rencana kegiatan utama dan komprehensif).
·        Tujuan jangka panjang (Annual objectives)
·        Fungsi strategi (Functional strategies)
·        Kebijakan (Policies)












BAB III

ANALISIS SWOT OVERALL


1.        Tujuan Analisis

Untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objective dan strategi perusahaan dalam corporate planning.

2.           RUANG LINGKUP

·        Lingkungan
·        Keadaan intern perusahaan
·        Peramalan


JENIS DAN SUMBER INFORMASI

1.     Intern: data perusahaan dan data dan informasi yang dikumpulkan perusahaan
2.     Ekstern: data sekunder, data dan informasi yang diperoleh dari hasil survai atau pengamatan.


PROSES DAN PERALATAAN ANALISIS


1.     Analisis Lingkungan:
a.      Ekonomi (business cycle, inflasi dan deflasi, kebijakan moneter, neraca pembayaran.
b.     Pemerintah/perundang-undangan (pusat dan daerah, pemerintah pembeli terbesar, subsidi, perlindungan industri, kebijakan pemerintah).
c.      Pasar/saingan (perubahan struktur kependudukan, distribusi pendapatan, alur hidup produk/layanan, kemudahan akses masuk, rintangan masuk).
d.     Teknologi (bahan baku, cost of labor, sub-assemblies, dan perubahan teknologi).
e.      Geographies (lokasi, nusantara)
f.       Sosial budaya (cita rasa, nilai yang beruang).

2.     Analisis Keadaan Intern Perusahaan:
a.      Organisasi (misi, maksud, dan tujuan; Sarana/fasilitas dan teknologi yang dimiliki; Sistem dan prosedur kerja).
b.     Fungsi perusahaan (produksi, pemasaran, keuangan, personalia – SDM).

3.     Peralatan Analisis: Peramalan
a.      Arti dan peranan peramalan (REPO: rasional, estimate, preparasi, dan operasional).
b.     Ruang lingkup peramalan.
c.      Langkah peramalan.
d.     Teknik dan metode peramalan.
e.      Contoh peramalan.